Skip to main content

Saatnya Membuat e Paspor

Bikin Paspor? buat apa?

Awalnya saya juga mengatakan demikian. Bahkan ketika saya sudah benar-benar mendapatkan undangan resmi untuk menghadiri sebuah summit komunitas di sebuah kota di negara yang jauh. Teman saya bolak-balik berkata,

"udah bikin paspor belum?"

 Saya berkali-kali menjawab,

"belum"

Dengan diiringi ketawa. Entah kenapa saya menunda-nunda membuat paspor. Batin saya, ah nanti saja kalau sudah dekat. Kebetulan saya mendapat undangan summit dari komunitas ini. Setelah saya mendapat email untuk segera mengurus perjalanan dan visa, disitu saya harus kelabakan karena saya masih belum punya PASPOR. Nah lo, salah siapa coba.
Berbekal nebeng wifi dengan ndempel di tembok mushola dekat rumah kakak, saya mulai mencari informasi tentang pembuatan paspor. Sebelumnya, saya bertanya dengan teman seangkatan kuliah saya yang sudah mengurus paspor lebih dahulu. Katanya, hanya diperlukan:
  1. KTP
  2. KK
  3. Akte lahir/ijazah SD/SMP/SMA
Semua di foto kopi di kertas A4, beserta sebuah materai 6000an. Untuk biaya 300ribu dan 55rb untuk biometrik, dengan isi 48 halaman. Pesan itu masih saya simpan dan belum juga saya urus sampai seminggu lamanya, sampai akhirnya sebuah email dari sponsor meminta saya untuk membuat perencanaan perjalanan yang salah satu isinya meminta tanggal masa berlaku paspor. Saya kebingungan. Kebiasaan menunda itu memang tidak baik.
Besoknya saya berniat untuk mengurus paspor di kantor imigrasi terdekat, katanya hanya butuh tiga hari jam kerja saja langsung jadi. Ah saya masih punya waktu, batin saya. Malamnya seorang sahabat mengirim pesan menanyakan kalau saya urus paspor apa, saya menjawab paspor biasa. Dia berkata lebih baik untuk saya mengurus e-paspor karena pengalaman dia ke Jepang membuatnya sedikit menyesal kenapa dahulu dia tidak membuat e paspor. Salah satu kemudahan memiliki e paspor adalah adanya visa waiver untuk WNI yang ingin ke Jepang. Caranya cukup datang ke kedutaan Jepang dan mengurusnya di sana. Gratis!

Saya berubah rencana lagi, akhirnya buru-buru saya memesan tiket kereta ke Surabaya untuk perjalanan sorenya. Dan begitu bodohnya saya, karena ternyata saat itu bertepatan dengan 1 Juni dimana hari sedang libur sedang saya terlanjur membeli tiket PP. Beruntung kakak pertama saya memiliki rumah kecil di Surabaya, jadinya saya bisa numpang nginap di sana dan pulangnya bisa nebeng sopirnya.

Oh ya, kenapa harus di Surabaya? karena sementara ini layanan e passpor hanya ada di Jakarta, Batam, Surabaya. Banyak teman yang bertanya kenapa saya memilih ribet dengan datang ke Surabaya sementara di Blitar ada kantor Imigrasi? Meski harganya dua kali pasport biasa, yakni 600rb (55rb adalah biaya biometric), saya berfikir sederhana saja. Dari pada saya harus ganti ke e paspor suatu saat nanti, lebih baik saya mengurusnya dari sekarang. Saya yakin suatu saat memiliki e paspor menjadi wajib.

Syarat urus e paspor
  1. KTP
  2. KK (sudah ditandatangani oleh kepala keluarga)
  3. Akta kelahiran/Ijazah SD/SMP/SMA
  4. Surat keterangan bekerja atau kartu mahasiswa jika masih kuliah.
Syaratnya sama dengan membuat paspor biasa. Untuk mendapat antrian yang lebih awal, disarankan untuk datang pagi-pagi. Saat itu karena sedang bulan puasa (2/06/2017), saya mengantri setelah sahur dan sekalian subuhan, karena saya yakin, begitu lebih baik.

Saya diantar adek sepupu saya pagi-pagi pukul lima. Sampai kantor imigrasi Surabaya saya sudah mendapat antrian mandiri yang diinisiasi oleh orang yang datang lebih awal. Yakni menyobek selembar kertas kecil dan menulis nomer sesuai waktu datang, saat itu saya mendapat nomer 29. Informasi ini saya dapatkan ketika saya dengan pedenya bertanya kepada seorang perempuan yang berdiri di depan saya, 
"Mbak dapat kertas itu darimana?"
"Dari ibu depan mbak."
Tidak semua hari mengantri dengan cara demikian, namun inisiatif dari ibu berambut pendek keturunan China itu ada benarnya juga. Untuk menghindari penyerobotan antrian.

Jam setengah enam, petugas mulai membuka pagar. Di belakang saya seorang laki-laki seumuran kakak saya. Saya basa-basi bertanya padanya, 
"Mau kemana?"
"Ini Ibu saya mau umroh."
"Ibunya mana?" tanya saya.
"Ibu masih di rumah, kasihan kalau harus membuatnya antri berdiri"
Saya memberanikan diri untuk menjelaskan padanya bahwa yang antri harus yang membuat paspor sendiri, begitu informasi yang saya cari dari internet sebelumnya. Hal itu dikarenakan penggunaan scan sidik jari untuk antri hanya untuk pemohon paspor yang akan dicocokkan saat ada di antrian pemberkasan nanti. Sepertinya itu adalah cara untuk menghindari calo. Awalnya dia tidak percaya dan ragu, begitu istrinya mengecek finger scan di depan sekuriti, dia pun langsung menelfon ibunya untuk segera datang.

Meski saya mendapat antrian nomer 29 di kertas sobekan tadi, ternyata saya mendapat antrian 52 di finger scan. Dua kali lipat lebih banyak. Hahahaha.
Kartu pengenal yang digantung saat masuk KANIM

Pukul setengah enam lebih saya masuk kantor imigrasi dan saya memendarkan padangan mencari lokasi menunggu paling nyaman. Teras musholla sepertinya pilihan yang baik. Saya duduk sambil mengamati beberpa orang yang tetap berdatangan. Bagi saya, pemohon paspor atau siapapun yang berdatangan ke kantor imigrasi saat itu tidak ada yang mbambes dan kurang kasih sayang. Semua seperti orang yang sering ke luar negeri. Tak seperti saya, yang memegang paspor saja tidak pernah. Ah stop dramaa. hahaha

Sambil menunggu kantor foto kopi buka, saya mengajak ngobrol orang di sebelah saya. Seorang perempuan asal Lamongan, katanya dia mau ke Malaysia. Dia mau mengurus paspor biasa.

Pukul setengah tujuh, kantor foto kopi pun buka. Saya adalah orang pertama yang langsung datang begitu papan TUTUP diturunkan. Foto Kopian ada persis di sebelah depan bagian kiri Mushola, jadi saya bisa melihat dengan jelas. Pasalnya semua dokumen belum saya foto kopi, bukan apa-apa daripada salah terus bolak-balik, ah ribet. Saya juga belum membeli materai.

Saya memfotokopi serta ijazah S1 saya, barangkali saja ditanyakan. Malamnya, saya mencetak undangan dari sponsor, siapa tahu ditanyakan juga. Teman saya sebenarnya ada yang menyarankan untuk berkata, "Wisata ke Singapura saja" kalau ditanyai saya mau kemana. Tapi setelah saya pikir-pikir, lebih baik saya jujur untuk mengatakan kemana tujuan saya. Daripada saya harus berbohong?

Pukul 07.30 tepat pintu dibuka. Petugas sekuriti menyeru mempersilahkan masuk antrian nomer 1-100. Saya duduk dengan teman dari Lamongan tadi, namanya Utami. Kami masuk dan mengular di depan resepsionis pemberkasan. Sekuriti berseru agar kami segera menyiapkan berkas asli KTP, KK, dan akta lahir/Ijazah. Biar mudah, agar langsung dapat pemberkasan. Dia juga mengingatkan untuk berkata "e paspor" bila pemohon ingin membuat e paspor. Karena berkasnya akan berbeda. Bedanya? ada stempel e-paspor warna merah di luar map yang di dalamnya juga tertulis GRATIS.

Setelah mendapat map, saya mencari tempat duduk paling nyaman untuk menulis berkas. Isinya berupa data diri, anggota keluarga. riwayat kerja atau pendidikan. Tidak ada pertanyaan sulit, karena semua ada jawabannya di KTP atau KK kita. Oh ya, ada selembar surat pernyataan yang harus kita tempel materai yang berisi pernyataan bahwa kita tidak akan menjadi pegawai ilegal di negara tujuan. Jadi bawa alat tulis sendiri dan lem kertas untuk menempel materai.

Setelah menunggu sekitar 45 menit, akhirnya nomor antrian saya dipanggil untuk wawancara. Pertanyaannya sama seperti yang saya baca di blog-blog sebelumnya, perihal saya ingin kemana. Saya menjawab mantap saya ingin ke suatu negara jauh dalam rangka undangan conference atau annual summit. Petugas meminta saya memberi surat undangan (seperti yang saya duga), saya langsung menyerahkan, dan tidak ada pertanyaan lainnya lagi. Dia mengetik semua data dengan cepat, begitu saya melihat nama saya yang tanpa tanda petik saya protes. Namun petugas berkata bahwa memang tidak bisa nama dengan tanda petik. Owalah saya baru ngeh. Saya langsung bergeser untuk foto e paspor setelah saya melakukan beberapa finger scan. Dan selesai!

Sayangnya saya harus menunggu sepuluh hari lamanya untuk mengambil e paspor. Jadi saya sarankan untuk membuat e paspor selain hari Jumat, dan sangat disarankan membayar sesaat setelah keluar dari kantor imigrasi. Pembayaran bisa dilakukan di bank-bank yang ditunjuk, waktu itu saya transfer lewat bank BCA.

Untuk pengambilan paspor, kita tidak perlu datang pagi-pagi, karena kantor hanya melayani di siang hari. Syaratnya hanya kertas struk yang berisi nomer permohonan paspor kita dan bukti pembayaran. Kalau mengambilkan milik orang lain, harus disertai surat kuasa. Ambilnya juga sangat cepat apalagi ada dua loket. Udah bikin aja dulu, soal kapan digunakan pikir nanti. Heuheuheu.

e paspor yang telah jadi








Comments

Popular posts from this blog

Sebuah kegelisahan di hari Selasa

Saya pernah mikir, apakah ada orang di dunia ini yang hidupnya selalu senang dan bahagia? Jika uang bisa membeli kebahagiaan, maka orang kaya pastinya menjadi kelas nomor satu dari populasi manusia bahagia dong ya harusnya? Tapi kenapa ada orang kaya tidak bahagia? apakah uangnya kurang banyak? Saya jadi ingat, suatu kali saudara datang mengunjungi rumah tempat tinggal saya setelah menikah. Memang untuk ukuran orang kabupaten rumah yang saya tinggali saat ini tergolong kecil, sangat kecil malah. Hanya ada dua kamar, satu ruangan kecil di bawah tangga yang saya fungsikan sebagai mushola dan sebuah ruang tamu kecil. Dapur? ada sekedarnya di sebuah teras. Sementara kamar mandi 'nebeng' dengan saudara ipar.  Dari sorot mata saudara kondisi saya memang 'menyedihkan'. Tapi mau bagaimana lagi? Hidup berumah tangga harus siap dengan konsekuensi apapun bukan? Saya pikir itu adalah resiko ketika saya memilih untuk tidak kembali ke rumah orang tua. Sebagai anak bungsu, orang tua s...

Berkunjung ke Kantor Google Indonesia

 Saya pertama kali berkunjung ke Kantor Google Indonesia pada bulan Juli 2019 lalu. Waktu itu sedang ada pelatihan jurnalistik di SINDOnews daerah Jakarta. Setelah acara selesai, saya dan satu orang teman saya memutuskan untuk main ke kantor Google Indonesia. Caranya bagaimana?

Pengalaman Memperpanjang SIM Online

Awalnya saya ingin memperpanjang SIM secara offline, tapi saya sudah berganti domisili, jadi saya belum familiar dengan satpas yang baru. Sambil mencari informasi satpas baru, saya baca ada aplikasi SIM Online saya tertarik untuk mencobanya, apalagi kondisi sedang hamil membuat saya tidak terlalu kuat untuk berada di tempat publik lama, jadi saya memutuskan untuk memperpanjang SIM secara online. Ada beberapa hal yang harus disiapkan saat ingin memperpanjang SIM online: 1. HP dengan baterai dan koneksi internet 2. Download aplikasi Digital Korlantas di Play store 3. Foto KTP 4. Foto SIM lama 5. Foto dengan background biru 6. Foto tanda tangan Pertama-tama, setelah download aplikasi Digital Korlantas , kita login dengan mengisi data yang dibutuhkan. Ada beberapa proses yang menginginkan kita untuk foto selfi dengan wajah yang terang tanpa kaca mata (jika memakai). Waktu itu saya sedang rebahan dan tidak memakai jilbab, jadi ada baiknya siapkan pakaian yang layak sebelum foto verifikasi. ...