Saya dahulu pernah memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan tentang nama. Ceritanya, kebetulan saya satu lokasi dengan seorang teman yang memiliki latar belakang keluarga berpendidikan tinggi. Sedang saya hanya satu di antara anak pasangan petani yang mencoba masuk ke dunia pendidikan.
Saat itu saya sowan ke rumah orang tua teman saya itu. Berkali-kali saya ditanyai, siapa nama lengkap saya. Setelah saya jawab, katanya nama saya tidak punya arti, jauh dari nama yang bermakna. Saya hanya tertegun dengan memaksakan senyum. Saya tidak tahu harus bagaimana.
Sepulang dari pertemuan itu, saya menanyakan makna nama itu pada Ibu saya. Dia sendiri juga tidak tahu, apa makna di balik nama saya. Katanya, nama itu diambil dari dua nama idola penyanyi nasyid kesukaannya. "Nunung" sedang satunya bernama "afuah". Untuk kata kedua saya tidak terlalu yakin apa pelafalannya demikian.
Ibu saya orang sederhana. Dia menamakan saya dengan sebutan itu begitu saja. Tak ada tendensi akan mempunyai arti yang dalam. Dia suka, titik. Begitu katanya. Sedang saya sebagai anak bisa apa? ya diterima saja to? toh saya dibiarkan hidup, manja, merengek, minta dulang sampai segede ini, Ibu saya tidak pernah marah maupun lelah. Apa saya tega marah-marah karena nama saya tidak ada artinya, seperti yang dikatakan orang tua teman saya itu?
Sekian lama berlalu, semenjak muncul internet, saya akhirnya penasaran. Adakah nama yang sama dengan saya. Dari situ saya mulai bersyukur bahwa dua kata itu bukan nama pasaran. Artinya, saat seseorang mengetik dua nama saya, bisa dipastikan itu 99% adalah murni milik saya seorang. Spesial bukan? dari situ saya percaya, entah nama itu berarti atau tidak, namun ibu memberi saya nama yang benar-benar spesial, yang tidak ada duanya, hanya saya yang punya, dan hanya saya yang berhak membrandingnya sesuai ingin saya.
What's a name?
Saat itu saya sowan ke rumah orang tua teman saya itu. Berkali-kali saya ditanyai, siapa nama lengkap saya. Setelah saya jawab, katanya nama saya tidak punya arti, jauh dari nama yang bermakna. Saya hanya tertegun dengan memaksakan senyum. Saya tidak tahu harus bagaimana.
Sepulang dari pertemuan itu, saya menanyakan makna nama itu pada Ibu saya. Dia sendiri juga tidak tahu, apa makna di balik nama saya. Katanya, nama itu diambil dari dua nama idola penyanyi nasyid kesukaannya. "Nunung" sedang satunya bernama "afuah". Untuk kata kedua saya tidak terlalu yakin apa pelafalannya demikian.
Ibu saya orang sederhana. Dia menamakan saya dengan sebutan itu begitu saja. Tak ada tendensi akan mempunyai arti yang dalam. Dia suka, titik. Begitu katanya. Sedang saya sebagai anak bisa apa? ya diterima saja to? toh saya dibiarkan hidup, manja, merengek, minta dulang sampai segede ini, Ibu saya tidak pernah marah maupun lelah. Apa saya tega marah-marah karena nama saya tidak ada artinya, seperti yang dikatakan orang tua teman saya itu?
Sekian lama berlalu, semenjak muncul internet, saya akhirnya penasaran. Adakah nama yang sama dengan saya. Dari situ saya mulai bersyukur bahwa dua kata itu bukan nama pasaran. Artinya, saat seseorang mengetik dua nama saya, bisa dipastikan itu 99% adalah murni milik saya seorang. Spesial bukan? dari situ saya percaya, entah nama itu berarti atau tidak, namun ibu memberi saya nama yang benar-benar spesial, yang tidak ada duanya, hanya saya yang punya, dan hanya saya yang berhak membrandingnya sesuai ingin saya.
What's a name?
Comments
Post a Comment