Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2018

Fast respond? Perlu?

Pagi ini saya mengetik hashtag penjahit kebaya Blitar di Instagram, muncul banyak gambar. Saya coba catat beberapa nomor di akun. Kalau akun bisnis enak, tinggal klik CALL nanti muncul nomer. Dari lima akun, empat terkirim, satu akun centang satu. Isi pesannya sama, menanyakan berapa lama durasi jahit atasan kebaya. Tidak ada balasan. Akhirnya saya ganti kata kunci, hastag penjahit kebaya Tulungagung. Muncul banyak gambar, saya klik satu. Muncul sebuah akun bisnis. Saya scroll, lah dilalah kok saya kenal. Berhubung saya tidak lagi menyimpan nomornya, saya klik CALL di akun bisnisnya. Saya kirim wa, menyebut saya adalah anu temennya anu yang dulu pernah jahitkan anu. Satu menit kemudian, teman saya langsung merespon. Karena saya pernah menjahitkan di dia sebelumnya, saya tahu kualitas jahitannya. Jadi saya langsung nanya apakah bisa jahit kebaya model ini dengan durasi waktu segini. Dia mantap jawab iya. Setelah saya deal janjian dengan teman saya, empat akun wa yg saya kirimi pes...

Tentang Pilihan dan Perempuan

Dua kakak saya adalah lulusan kuliah jurusan keislaman di Tulungagung. Kakak pertama, lulusan Pendidikan Agama Islam,  sekarang memilih menjadi pedagang ikan gurami. Sedang yg nomor dua, lulusan hukum islam, memilih jadi pegawai di sebuah perusahaan swasta. Saya belajar dari Ibu saya, bahwa apapun pekerjaan mereka sekarang, meski tak sejalan dengan ijazah S1 mereka tidak masalah, asal barokah. Agaknya itu adalah bentuk contoh menghargai apa yang dilakukan dan dipilih oleh orang lain, termasuk keluarga sendiri. Saya sering bertemu dengan beberapa teman sekolah, kadang kami sering bertukar berita atau sekedar membicarakan nostalgia masa lalu. Suatu kali saya menginap di seorang sahabat. Dia sangat baik pada saya dari semenjak saya 'merepotkan' keluarga kecilnya. Dia sering bilang bahwa dia kadang merasa minder, dia tak bisa kuliah lagi, tak bekerja di sebuah tempat yg 'layak': dia adalah ibu rumah tangga biasa. Padahal, jauh di lubuk hati saya, saya merasa salut denga...

Let me tell you a story about him

"Tunggu di situ sampai aku datang, jangan pindah," katanya di ujung telpon. Saya menunggunya di pinggir jalan, di atas sepeda motor yang tiba-tiba mogok, tak mau jalan. Jam menunjuk pukul setengah sepuluh malam lewat. Dari seberang jalan, para pedagang baju mulai melipat dagangan mereka dengan rapi, menyusunnya ke atas gerobak, dan menutupnya dengan kain tebal. Di belakang pojokan jalan, dua orang sedang berkasak kusuk tentang kehidupan, bukan bicara soal dolar naik atau tentang peristiwa hoax soal operasi wajah, bukan tentang itu. Mereka adalah pedagang kripik ketela dan cilot. Hanya berbicara tentang cuaca malam yang merambat jadi lebih dingin. Iya, sampai tak terasa angin menembus jaket gelembung yang saya pakai. Saya mulai mengusir kecemasan dengan menyibukkan diri bermain ponsel. Mengecek Instagram, meminta seseorang menemani ngobrol lewat wa, agar saya tetap terlihat sibuk. Pukul sepuluh malam lebih, dia tak kunjung datang, saya mulai gelisah. Takut ada orang yang...